Kondisi Perekonomian Indonesia Pada periode Ini
Sistem ekonomi liberal adalah sistem ekonomi di mana kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi dilakukan oleh pihak swasta. Pada sistem ekonomi
pasar, pemerintah hanya mengawasi dan melakukan kegiatan ekonomi yang
berhubungan dengan penyelenggaraan negara. Sistem ekonomi pasar sesuai dengan
ajaran yang dikemukakan oleh Adam Smith. Dalam bukunya Adam Smith menganjurkan
agar kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Masyarakat menentukan jenis
kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mencapai kemakmuran. Jika setiap
individu makmur, maka negarapun akan makmur. Dalam ekonomi pasar pihak swasta
menguasai alat-alat produksi, akibatnya pemilikan tidak terbatas. Setiap
individu berusaha meningkatkan keterampilan dan kemampuannya untuk menguasai
sector ekonomi, sehingga timbullah persaingan untuk maju.
Pada sistem ekonomi para pemerintah bertugas membuat peraturan dan
mengawasi pelaksanaannya. Kegiatan ekonomi pemerintah hanya berhubungan dengan
penyelenggaraan negara saja. Sistem ekonomi pasar juga disebut ekonomi
pertukaran bebas (free exchange economy)
2. Sasaran Pembangunan Ekonomi pada Periode ini
Presiden Susilo Bambang Yudhyono mengajak para pimpinan daerah menetapkan sasaran pencapaian pembangunan yang realistis di daerah masing-masing. percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat". Presiden juga meminta para kepala daerah untuk mengintegrasikan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah disusun pemerintah bersama dunia usaha dengan keseluruhan rencana pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah.
SBY menyambut baik niat para pimpinan daerah menggunakan semaksimal mungkin anggaran daerahnya untuk meningkatkan pembangunan. Tapi, SBY minta pimpinan daerah memastikan, ketika melaksanakan proyek ekonomi tertentu maka hasil pembangunan itu langsung mengakibatkan pertumbuhan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan dan tetap tidak merusak lingkungan. "Itulah empat sasaran yang jadi sasaran pembangunan ekonomi kita. Pro pertumbuhan, pro penciptaan lapangan kerja, pro pengurangan kemiskinan dan pro kelestarian lingkungan.
Presiden Susilo Bambang Yudhyono mengajak para pimpinan daerah menetapkan sasaran pencapaian pembangunan yang realistis di daerah masing-masing. percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat". Presiden juga meminta para kepala daerah untuk mengintegrasikan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah disusun pemerintah bersama dunia usaha dengan keseluruhan rencana pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah.
SBY menyambut baik niat para pimpinan daerah menggunakan semaksimal mungkin anggaran daerahnya untuk meningkatkan pembangunan. Tapi, SBY minta pimpinan daerah memastikan, ketika melaksanakan proyek ekonomi tertentu maka hasil pembangunan itu langsung mengakibatkan pertumbuhan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan dan tetap tidak merusak lingkungan. "Itulah empat sasaran yang jadi sasaran pembangunan ekonomi kita. Pro pertumbuhan, pro penciptaan lapangan kerja, pro pengurangan kemiskinan dan pro kelestarian lingkungan.
3. Prioritas pembangunan
indonesia
Wakil
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Djoko Udjianto mengatakan, dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) pada RAPBN tahun 2014, DPR dan Pemerintah telah
menyepakati 11 prioritas nasional.
- Prioritas
pertama adalah reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang akan
diarahkan untuk memantapkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik
melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel,
taat kepada hukum, transparan serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik di pusat dan di daerah.
- Prioritas
kedua, pendidikan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas,
terjangkau, relevan, dan efisien menuju kesejehteraan rakyat, kemandirian,
keluruhan budi pekerti, karakter bangsa yang kuat, serta
kewirausahaan.
- Prioritas
ketiga, kesehatan, melalui pendekatan preventif terpadu, tidak hanya
kuratif."Sehingga secara keseluruhan dan dapat meningkatkan angka
harapan hidup dan pencapaian keseluruhan sasaran millinnium development
goal (MDGs) tahun 2015,"
- Prioritas
keempat, penanggulangan kemiskinan untuk mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas pertumbuhan yang
pro-rakyat, peningkatan kualitas dan dan perlusan kebijakan afirmatif
untuk penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan efektivitas program
penanggulangan kemiskinan di daerah.
- Prioritas
kelima, ketahanan pangan yang diarahkan untuk meningkatkan penyediaan
bahan pangan melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri terutama
padi, jagung, kedelai, tebu, daging, dan ikan. Lalu, meningkatkan akses
masyarakat terhadap pangan, meningkatkan kualitas konsumsi pangan
masyarakat, serta perlindungan dan pemberdayaan petani dan nelayan.
- Prioritas
keenam, infrastruktur dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan sarana dan
prasana infrastruktur sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM), mendukung
peningkatan daya saing sektor riill dan meningkatkan Kerja sama Pemerintah
dan Swasta (KPS), dalam penyediaan infrastruktur.
- Prioritas
ketujuh, iklim investasi dan iklim usaha melalui perbaikan kapasitas
hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi dan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta kebijakan
ketenagakerjaan.
- Prioritas
kedelapan, pembangunan ketahanan energi dan kemandirian energi diarahkan
untuk mencapai bauran energi yang dapat menjamin kelangsungan pasokan
energi di seluruh wilayah Indonesia, penggunaan Energi Baru Terbarukan
(EBT), efisiensi konsumsi dan penghematan energi serta meningkatkan
produksi dan pemanfaatan energi yang bersih dan ekonomis.
- Prioritas
kesembilan, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana ditekankan pada upaya
konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan serta meningkatkan daya dukung
lingkungan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan
dengan disertai upaya pengelolaan risiko bencana dan dampak perubahan
iklim global.
- Prioritas
kesepuluh, daerah tertinggal, terdepan, terluar,dan pasca konflik
dimaksudkan untuk menurunkan tingkat kesenjangan antar wilayah yang
ditunjukkan dengan masih tingginya jumlah kabupaten tertinggal serta masih
beragamnya permasalahan keterisolasian daerah perbatasan, pulau terluar,
terpencil, dan pesisir serta pecepatan pembangunan Papua dan Papua
Barat.
- Prioritas kesebelas, kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi, dimaksudkan dalam rangka pengembangan dan perlindungan kebhinnekaan budaya, karya seni, serta untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Tiga
prioritas nasional lainnya adalah
prioritas bidang politik, hukum dan keamanan, yang diarahkan
untuk memantapkan kondisi aman dan damai, pencegahan tindak terorisme melalui
upaya deradikalisasi yang antara lain dilakukan dengan kegiatan pengembangan
nilai-nilai kebangsaan, pendayagunaan industri pertahanan nasional dan
peningkatan perlindungan WNI/BHI, penguatan kelembagaan pemberantasan korupsi,
pelaksanaan perlindungan saksi dan pelapor, pengembalian aset, peningkatan
kepastian hukum dan perlindungan HAM, serta peningkatan peran RI dalam mewujudkan
perdamaian dunia.
prioritas bidang perekonomian dimaksudkan untuk mempercepat
pembangunan industri manufaktur, peningkatan kerja sama ekonomi internasional,
pelayanan bagi tenaga kerja Indonesia serta peningkatan daya saing koperasi,
usaha kecil, mikro dan menengah.
prioritas bidang kesejahteraan, dimaksudkan untuk
pembangunan bidang kepariwisataan, agama,
kepemudaan, olahraga, serta pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
5. Hasil
pembangunan perekonomian
Menurut
BPS, pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, tertinggi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen. Adapun sektor dengan
pertumbuhan terendah adalah pertambangan dan penggalian sebesar 1,34 persen.
“Produk domestik bruto tanpa migas tahun lalu tumbuh 6,25 persen,” demikian
keterangan tertulis BPS Menurut BPS, PDB Indonesia pada 2013 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 9.084 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan Rp
2.770 triliun. Per triwulan, PDB Indonesia pada kuartal IV 2013 turun 1,42 persen
dibandingkan kuartal III 2013. Namun, jika dibandingkan kuartal IV 2012, PDB
pada kuartal IV 2013 naik 5,72 persen. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2013 dari sisi pengeluaran, yakni komponen ekspor barang dan
jasa, naik sebesar 5,3 persen. Konsumsi rumah tangga naik 5,28 persen, konsumsi
pemerintah naik 4,87 persen, serta pembentukan modal tetap bruto naik 4,71
persen. Adapun komponen impor mengalami pertumbuhan 1,21 persen.
Menteri
Keuangan optimistis pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2014 dapat mencapai 6,3 persen hingga 6,8 persen, walaupun
pada tahun 2013 ini kondisi perekonomian masih belum pulih dari krisis dunia.
“Pertumbuhan ekonomi dunia itu diperkirakan masih pada kisaran 3,5 persen. Kita
meyakini kalau petumbuhan ekonomi dunia di bawah 4 persen, itu menunjukkan
bahwa secara umum dunia ini masih krisis,”
Menkeu menambahkan, ekonomi Indonesia pada tahun depan akan terbantu
oleh adanya Pemilihan Umum (Pemilu) yang juga akan menjadi salah satu penggerak
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014. "Pada 2014 kita akan terbantu antara
lain karena adanya Pemilu, biasanya menjadi satu pendukung bagi pertumbuhan
ekonomi. Jadi ini semua sudah diperhitungkan dan kita pastikan masih ada pada
kisaran yang kami sebutkan tadi," pungkas Menkeu.
Secara
umum kondisi perekonomia Indonesia baik dan kuat. Ini terlihat dari berbagai
tanggapan pada pertemuan di G20, APEC, ASEAN, bahkan di East Asia Summit.
Mereka Memberikan apresiasi dan tetap confidence terhadap kondisi Indonesia,"
katanya. Hal tersebut juga terlihat saat pemerintah mengeluarkan sukuk global.
"Meski kita masih belum masuk ke investment grade, tapi kita bias
mendapatkan yang lebih baik dibandingkan negara-negara yang investment
grade," ucapnya. Oleh sebab itu, Menkeu menilai melemahnya nilai tukar
rupiah yang terjadi saat ini bukan disebabkan oleh faktor internal perekonomian
Indonesia.
"Tapi merupakan dampak dari perkembangan kondisi perekonomian
global," jelasnya. Meski demikian, Menkeu mengakui bahwa perkembangan
kondisi perekonomian dunia yang melambat tentu berpengaruh dan memberikan
sentimen. "Kondisi
pasar tak terhindar dari tekanan akibat adanya perkembangan
seperti proses rekapitalisasi krisis dan bailout di Eropa memberikan sentimen
negatif terhadap pasar, dan juga keluarnya indikator-indikator ekonomi itu kan
tentu bias berpengaruh," urai Menkeu. Terkait penerimaan dan belanja
negara, Menkeu menjelaskan, secara persentase lebih baik jika dibandingkan
dengan tahun lalu. "Namun harus kita akui ada komponen yang menyolok,
yaitu dari pengeluaran yang non K/L, karena ada cost subsidi yang jumlahnya
juga cukup besar," jelasnya.